Senin, 06 Oktober 2025

Writober 2025_Perempuan dan Pemimpin #5 Naluri

 CEPAT TANGGAP, CEKATAN

https://www.kompasiana.com/liliagandjar/62f39552a51c6f6d40149264/minimalis-dan-manajemen-waktu-ibu-rumah-tangga


Pekerjaan seorang ibu mungkin terlihat biasa saja. Kesehariannya yang di lingkungan rumahnya sendiri. Mulai bangun pagi, menyiapkan semua kebutuhan anggota keluarga, membuat sarapan sekaligus bekal makan siang, lanjut melakukan pekerjaan rumah lainnya yang berderet dan menanti untuk diselesaikan hingga malam menyapa. Lingkaran kegiatan yang mengantri tersebutpun berulang setiap harinya. Tidak ayal, ada saja peristiwa di luar rutinitas yang terkadang membutuhkan perhatian lebih bahkan tindakan cepat unruk mengatasinya agar rentetan tugas-tugas lain tidak terganggu. Di sisi lain, pekerjaan ibu bisa berlipat ganda dan bertambah tekanannya bila ada anggota keluarga yang sedang sakit atau ada kendala yang mengharuskannya untuk berpikir ulang atau menata kembali pekerjaan rumah atau tugas-tugas domestik, apalagi tidak ada asisten yang membantu dan kebiasaan menghadapi itu semua menjadi naluri ibu untuk berpikir dan bergerak cepat agar kendala tersebut tidak mempengaruhi pada hal yang lain.

Salah satu pengalaman yang menantang saya untuk bekerja lebih cermat dan cekatan adalah ketika salah satu anak sakit atau malah ketiga anak saya sakit di waktu yang bersamaan. Di sisi lain, saya pun harus mampu berbagi waktu, energi dan perhatian di dua tempat yang berbeda; domestik dan publik. Pengalaman yang membuat saya terus belajar untuk tidak mudah reaktif apalagi menyerah dan melatih diri untuk tetap tenang, cepat dan tanggap juga cekatan. Semua harus dihadapi berdasarkan kondisi yang terjadi dan tetap membuat prioritas untuk menyelaraskan semuanya  sesuai porsinya masing-masing. Hal ini pun yang mungkin menjadi kesalahan saya ketika saya akan langsung membawa anak ke dokter specialis atau ke dokter umum untuk mendapatkan penawar obat. Setiap kali anak sakit maka saya akan bergerak secara otomatis dan seperti naluri seorang ibu yang tidak ingin anaknya kesakitan ketika demam tinggi, kepalanya pusing atau keluhan llain yang akan menghabat saya sedikit ketika harus berurusan dengan kesehatan anak dan kewajiban saya di ranah publik. Alhamdulillah sepanjang memiliki empat anak saya memberlakukan hal yang sama. Mengajak mereka ke dokter langganan keluarga dan meminta saran dari tim medis terkait keluhan anak. Ditambah lagi kejadian yang sudah biasa terjadi adalah anak-anak saya akan memiliki inisiatif untuk minta obat ketika mereka merasa kurang nyaman dengan anggota tubuh mereka. Kebiasaan "tidak baik" tersebut harus saya lakukan demi untuk kelancaran saya sebagai ibu yang bekerja di ranah publik. Saat ini sayapun sedikit demi sedikit mengurangi penobatan medis dan beralih mengkonsumsi herbal seperti madu untuk anak, vitamin dan herbal untuk stamina tubuh.

Selama menjadi istri dan ibu emaot anak, saya mengalami berbagai situasi yang mengharuskan saya mandiri dan cepat beraksi mengambil keputusan atau melakukan tindakan untuk keluarga. Hubungan jarak jauh dengan suami mengajarkan saya untuk melakukan aksi cepat tanggap terutama bila anak anak sakit. Walaupun mungkin keputusan atau tindakan saya dianggap berlebihan tetapi saya memiliki alasan kuat untuk melakukannya. Setiap bergerak dan mengalami kejadian yang mirip atau sama maka kata hatilah yang akan bekerja dengan sendirinya seolah-olah apa yang dihadapi menjadi pola teratur yang memudahkan otak memberi instruksi kepada semua anggota tubuh untuk gerak cepat dan menanggulangi atau paling tidak mengatasi kondisi yang tidak nyaman.


#writober2025
#tantanganwritober
#menulisbarengIPJakarta
#PerempuanDanPemimpin
#IbuProfesionalJakarta#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar