Selasa, 11 Oktober 2022

Writober #6 Cabak

PENGALAMAN HIDUP


"Seberapa besar perasaan mu bila kamu melihat anak yang senang mengejek teman lainnya hanya karena fisik atau kondisi ekonominya yang lemah?" Ibu guruku yang ramah tetiba bertanya pada saat masuk kelas tadi. "Kenapa dia masuk kelas tanpa salam dan langsung bertanya sesuatu yang di luar dugaan. Kita, kita mau belajar ineteraksi sosial. Kok ujug-ujug nanya begituan?", bisik temanku menambah penasaran apalagi yang akan dia tugaskan?. Bulan lalu dia minta kami ke TPA untuk berkenalan dan mewawancarai beberapa pemulung sampah dan itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Bersusah-payah kita bertahan dengan pemandangan yang buruk karen tumpukan sampah yang gak jelas bentuknya, belum bau yang menyengat, ditambah lalat-lalat nakal berlomba lomba menemani kami untuk dapat hasil wawancara plus photo dan life video. Cukuplah kami menderita karena tugas yang gak kekiniaan dan gak level dengan kita ABG. 

"Tenang semua". Ibu Ratna mulai meninggikan suaranya. "Pasti, kalian tanya, ada apa lagi dengan topik yang akan kita bahas hari ini dan tugas "out of the box" mana lagi yang akan kamu penuhi untuk bulan depan!" Tono, anak pindahan dari Gunung Kidulpun mulai bereaksi, "Kunjungan ke kampung sya aja bu. Biar mereka di sini lihat hidup kami sehari hari di sana". "Usulan yang bagus, Tono. Ibu sudah punya rencana untuk kunjungan yang kamu idekan tetapi untuk topik yang lain." Ibu Ratna bersemangat sambil menebar senyum manisnya tanda beliau bahagia jika ide ide anehnya menyatu dengan muridnya. Aku mulai bosan kalau begini cara belajarnya, gak jelas gurunya. Tiba tiba kasih tugas, terus disuruh bikin fortopolio atau rekam kamera dengan situasi nyata yang gak level tempatnya. Belum lagi kalau sudah syarat dan ketentuan berlaku, printilan tugas nya dicek satu satu dan nilai yang kita terima gak sebanding dengan usaha yang kita lakukan. Kalau aja ada murid yang protes, pasti lebih seru hari ini. Gak usah belajar, gak perlu buka buku atau membuat peta konsep dan gak perlu membuat ringkasan materi yang disampaikan ibu Ratna. "Ren, kamu protes dong ke bu Ratna. Bilang ke dia kalau tugas yang sesuai dengan yang kita bisa aja." bisik ku pada Reni teman sebangku. Aku sengaja mencubit bagian pundaknya agar tangannya spontas naik ke atas dan seolah-olah hendak bertanya.

"Ya, Reni. ada yang ingin disampaikan sebelum saya menjelaskan materi interaksi sosial hari ini?". Reni yang kaget dan bingung mau ngomong apa, pun mulai serius menyampaikan uneg-unegnya. "Begini, bu. kami cape bila tugasnya harus ke tempat kemarin, kita gak kuat kalau harus wawancara sambil ngajak makan ditemani lalat lalat, belum bau sampah. Mohon dipertimbangkan kembali ya bu". Ibu Ratna menyimak alasan Reni dengan seksama dan menarik kursi di tengah kelas, duduk dan mulai memberikan alasannya dengan perlahan dan hati hati. Keheningan mulai terasa ketika beliau berbicara. "Terima kasih, Reni yang sudah mewakili teman-teman sekelas membagikan pengalaman yang mungkin tidak bisa kamu lupakan semua seumur hidup. Satu yang ingin saya sampaikan dari perjalanan tugas-tugas yang kamu alami dan selesaikan adalah pelajaran hidup yang langsung kamu ambil dari dunia nyata. Kamu terjun ke tempat itu dengan harapan kamu bisa mensyukuri apa yang kamu dapatkan selama hidupmu. Kamu bisa mempelajari sedikit saja bagaimana mereka harus bertahan hidup dan mengais rezeki dari sampah, limbah yang kotor, jorok, bau dan sederet kata kata buruk tentang tempat mereka. Kamu pun seharusnya bisa mendapatkan ide untuk melakukan sedikit perubahan gaya hidup terutama yang berkaitan dengan sampah. Bisa jadi kamu tenang saat sampah yang kamu buang diangkut tukang sampah dan lega karena tidak bau atau pemandangan buruk. Di sisi lain, bisa jadi mereka yang ditinggal di sekitar TPA merasa jenuh, lelah, marah, kesal karena mereka berada ditumpukan bahkan gunung sampah yang menjijikan. Betapa berat beban yang mereka pikul setiap harinya karena mereka makan "dari sampah", "tinggal bersama sampah", "bergaul bersama sampah" dan "menjemput rezeki dari sampah". Kamu tidak pernah merasakan perjuangan mereka untuk bertahan dan betah bersama sampah, mereka tidak peduli denga bau dan penampakan gunung sampah. Mereka pun sudah pasrah dengan kondisi mereka. Satu kata yang harus kamu praktekkan, berjuang untuk hidup adalah pilihan walaupun dengan penuh aneka cabak yang harus mereka pikul. Belum lagi cibiran, ejekan sampai perudungan karena anak anak mereka hidup, besar di lingkungan sampah. Tugas kita yang memiliki tempat dan kondisi yang jauh lebih baik adalah bersyukur dengan lingkungan bersih, menjadi lebih baik dalam berusaha dan menghargai pekerjaaan orang lain untuk hidup layak. Semoga kamu semua dpat merenungi kata kata ibu, bisa membuat perubahan kecil di dirimu masing masing dan tentunya bisa membuat perubahan bersama teman teman di kelas ini. Apakah perubahan itu? membuang sampah pada tempatnya, memasukkan sampah sesuai jenisnya, tidak mudah mengeluh dan saling membantu dan mendukung untuk sukses bersama". Apakah itu sulit buat kamu? 

Semua diam, semua berusaha memahami kalimat kalimat ibu Ratna dan sepertinya semuanya tersentuh karena di apa yang kami lakukan dalam tugas sesungguhnya ada hikmah hidup yang seharusnya bisa kami ambil dan cerna walau untuk menerimanya terasa sulit karena kemudahan dan kenyamanan hidup kami. Aneka cabak yang sudah menjadi bagian hidup orang orang itu pun seharusnya membuka mata, hati dan telinga aku sebagai anak yang hidup berkecukupan dengan fasilitas kenyamanan terbaik yang diberikan orang tuaku. Aku hanya bisa berdesah pelan dan berbisik ke diriku sendiri, "Jadi masih mau mengeluh dan gampang menyerah karena satu bagian tidak sesuai keinginanmu. Hani?"

"Baik, ibu sudah selesai menyampaikan alasan kepada kalian. Ibu akan menunggu respon kalian minggu depan. Bila memang kamu bisa mengambil hikmah dari tugas yang lalu, maka kita akan lanjutkan dengan tugas lain yang serupa tapi tidak sama. Saya berikan waktu satu minggu dan minggu depan kamu sudah bisa memberikan keputusan". Suara ibu Ratna yang tenang dan datar menutup pertemuan pelajaran kami siang itu. Semoga kami bisa ya bu merubah kebiasaan kami.


#writober2022
#koyak
#RBMJakarta
#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WFH Year #1

 UNEXPECTED EVENTS It's not about how long you dedicate yourself to show your best performance. It's all about how you put and treat...