AKU TIDAK BERSALAH!
“There may be times when we are powerless to prevent injustice, but there must never be a time when we fail to protest.” – Elie Wiesel
Sepanjang jalan pulang ke rumah tua di ujung gang, Farraz remaja berjalan tergesa seperti ada sesuatu yang menyesakan dalam dadanya. Warga yang melihat kelakuannya pun acuh tak acuh bahkab cenderung mencibirnya dengan sebutan anak gak bener. Farraz mngetuk pintu rumah neneknya sambil mengucap salaam. "Assalamu'alaikum nek, Farraz pulang". Nadanya yang lesu membuat nenek Minah terlihat bingung dan menhampiri cucu semata wayangnya di ruang depan. "Kamu kenapa nak, kok pulang wajahnya mendung begitu? ada yang kamu pikirkan?" Raut cemas nenek Minah menjadi sendu ketika Farraz menatapnya dengan air muka yang tidak dapat diartikan. "Salahku apa nek? sampai sekarang aku udah ABG, semua orang di sekolahku menganggapku anak gak bener". Aku kan anak yatim, nek. Ayah meninggal sebelum aku lahir, Ibuku kerja jadi TKW di Saudi Arabia, Trus salahku di mana?"Kalimatnya yang dalam dan bergetar membuat wajah nek Minah bertambah cemas karena satu kekhawatirannya menjadi nyata dan kondisi cucunya yang kurang perhatian sang ibu bertambah berat karena dia yang selalu dihadapkan pada cemoohan orang tentang kondisinya. "Kamu gak salah, nak. Kamu punya orang tua, sayangnya ayahmu telah tiada. "Tapi, nek. Aku mendengar satu ungkapan yang menyakitkan dari orang tua murid kelas 8 kalau aku ini bukan cuma anak yatim. Aku juga anak haram!" Tangisnya seketika pecah karena perasaan malu yang dia sandang selain ungkapan "anak gak bener". "Apa yang mereka maksud anak gak bener itu adalah aku yang anak haram nek?" Nenek Minah terperangah dengan cerita cucunya yang disebut anak haram. "Innalillahi, gak Farraz. kamu bukan anak haram. Kamu lahir dari rahim ibumu dalam keadaan suci. Jangan dengarkan mereka bicara sembarangan tentang kamu, karena sebenarnya tidak ada istilah anak haram." Nenek Minah berusaha tenang dan mengalihkan perhatiannya pada farraz. "Sudah sekarang kamu istirahat dan ganti baju lanjut makan ya. Nenek mau antar titipan kue kue ini di warung mba Jum."
Farraz masih mengurung diri di kamarnya dan enggan menjawab panggilan neneknya. Dia merasa tidak berdaya dengan kondisinya saat ini. Dia merindukan sang ibu yang belum pulang ke rumahnya setelah merantau lebih dari dua tahun. Setiap kali sang ibu menghubunginya, Farraz akan senantiasa menanyakan tentang kebenaran dari fakta yang dia dapatkan dua satu bulan yang lalu. Dia hanya mendapat pesan singkat dari sang ibu yang menyampaikan bila Apa yang dikatakan orang lain adalah bohong. Sang bunda menguatkannya bila Farraz adalah putra yang paling disayanginya yang terlahir dari kasih sayang orang tua.
Farraz mengingat pesan ibu nya bila Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, tidak ada istilah anak gak bener atau anak haram. Semua anak terlahir dalam keadaan bersih. Farraz mencoba menguatkan dirinya untuk tetap tegar dengan guncingan masyarakat sekitar walaupun dia tetap was was dan masih penasaran kebenaran yang sesungguhnya. Dia yakin dia sudah beranjak dewasa dan wajib mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya, ayah ibu nya juga keluarganya. Semua masih abu abu baginya. "Suatu saat aku akan mendapat jawabannya", Farraz mencoba meyakinkan diri bila di masa depan apa yang dia cari akan dia dapatkan. Semoga apa yang dicibir orang tentangnya tidak terbukti.
#writober2024
#Nirmal
#RBMIPJakarta
#IbuProfesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar