Kamis, 12 Oktober 2023

Writober #7 Adarusa

 IKHLAS: BIAR ALLAH SWT, SAJA YANG MENGGANTINYA



Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, mungkin pepatah itu yang tepat untuk suasana hatiku malam ini. Bagaimana tidak terkejut bila apa yang dijanjikan oleh adikku setiap kali meminjam uang adalah ungkapan yang aku hapal,"Tenang aja teh, aku punya catatannya", dengan senyum penuh percaya diri dia selalu menjadikannya senjata ampuh bilamana aku menagihnya. Tapi tidak malam ini, ketika semua anggota keluarga bapakku hadir untuk membuka wsris, dialah yang pertama minta dibayarkan. Syukur abang sulung ku bersedia membeli bagiannya. setelah semua tanda tangan berkas, ibuku dengan spontan mengungatkannya, "Jangan lupa neng, bayar hutang ke teteh mu!". Pelan tapi tegas, ibu mengingatkan kembali tentang kewajibannya mengembalikan semua hutang yang pernah dia pinjam. "O, hutang ke teh Rani?, Itu nanti aja kalau bagian ku yang ada di kampung ya teh", Tergagap dia sampaiakan dengan wajah kagetnya. "Ya, sesuai janji dan catatan hutang yang kamu pegang ya", kukuatkan kembali janjinya. "Ih, aku mah gak pernah nyatet hutang aku ke teh Rani", Belanya terburu-buru". Sepontan, wajahku dan wajah ibuku bertatapan penuh tanya dan tidak menyangka dia akan menjawab seperti itu. "Kamu kan selalu bilang kalau kamu punya catatan hutang apa saja yang sudah kamu pinjam ke kakakmu. Kok sekarang malah mangkir dan beralasan kamu gak pernah nyatet hutang kamu?" Ibu menahan emosinya dengan tatapan marah bercampur kaget sedangkan yang punya hutang malah terlihat tenang dan santai sambil membalas, "Ya udah, nanti bagian waris ku yang di kampung dipotong aja untuk bayar hutang ke teh Rani". Luar biasa, decakku dalam hati, tak pernah kusangka dia bisa senyaman itu dengan janjinya, apalagi tentang hutang dan janjinya yang akan membayar denagn menyebutkan waktu bayarnya. 

Setelah semua urusan buka waris selesai, dan semuanya pamit pulang, ibuku megajakku ke ruang makan dan menanyakan perasaan ku tentang kejadian tadi. "Bagaimana Ran, itu adikmu jawab sekenanya aja, padahal kalo ibu tanya untuk nyicil hutang, dia selalu bilang, iya bu, tenang aja nanti Tuti bayar, aku kan punya catatannya. Apa itu alasanya agar menghindari bayar hutannya? hutangnya kan di mana-mana. Ibu aja sampai malu kalau ada orang yang datang ke rumah dan menagih hutang.padahal dia gak tinggal di sini", Ibu mencurahkan kekesalannya. "Ya, udahlah bu, aku udah melupakannya semenjak dia bilang dia gak pernah nyatet hutangnya ke aku. Aku ikhlaskan saja Daripada dipikirin, terus orang nya ditagih dan yang ditagih menghilang dan datang lagi dengan model yang memlas untuk pinjam uang lagi". Aku berusaha meyakinkan ibu jika aku sudah tiddak mau mengungkit-ungkit tentang itu.

Coba kalo diingat-ingat Ran, setiap dia mau pinjam, rusuh banget, datang terburu-buru dan selalu menjanjikan nanti tanggal sekian aku bayar, atau nanti akhir bulan aku ganti, atau papahnya mau dapat uang minggu depan, dan alasan jaminan yang lain. Aku tersenyum melihat ibu masih ingat dengan janji manis adikku yang akan meminjam uang. Pernah aku merasa tertekan saat aku sedang rapat dengan klien dan berada pada situasi serius di mana pihak klien mempertanyakan projek proposal perusahaan kami untuk manfaat perusahaannya. tiba tiba telepon ku berdering dan aku bersyukur aku dapat izin keluar dengan alasan hendak ke kamar mandi. Segera ku pergi keluar ruangan dan menjawab teleponnya, "Ada apa de?, aku lagi rapat gak bisa lama-lama di telpon, sergah ku agar dia cepat memberi info. Ya, aku gak lama. Aku butuh uang empat ratus lima puluh ribu untuk bayar sekolah anak. Aku janji akhir bulan aku bayar. Semangat nya menggebu-gebu dan paham jika aku berada dalam situasi sempit. "Benarnya, bayar diakhir bulan?, ya udah bilang ke ibu pinjam dulu uang ibu, nanti aku ganti uang ibu pas pulang kerja. "Terima kasih teh Rani!", Sumringah sekali suaranya. Sedangkan aku segera menutup telepon dan kembali ke ruang rapat.

Aku paham jika kita sedang butuh uang dan kita tidak punya, maka jalan alternatifnya adalah meminjam dan cara meminjam yang cepat tanpa bunga adalah dengan mendatangi keluarga karena keluarga akan membantu. Tetapi, bila akaqnya hutang maka hutang itu harus dibayar, apalagi sudah menjanjikan waktu pelunasan. Apa jadinya bila kondisinya seperti yang kualami. Kejadian yang kuceritakan di atas adalah kejadian beberapa tahun lalu. Akupun tidak ingat lagi hutang hutang mana saja yang sudah dia gali dan belum dia bayar apalagi mencicil. Dari kejadian malam itu, aku belajar satu hal jika ada seseorang yang meminjam dan menjanjikan kan mengembalikannya, maka aku akan tanya sekali lagi, ini mau pinjam atau mau minta tolong dibantu. Ini aku lakukan agarr aku nyaman dan tidak menjadi beban pikiran atau malah menjadi pemicu pertengkaran karena yang punya hutang lebih berkuasa daripada yang menghutangi. Semoga Allah SWT sajalah yang akan memayar nya jika kita mengikhlaskan hutang hutang mereka. Di sisi lain, aku pun belajar untuk menjaga diri dari berhutang. Bila sekiranya aku kepepet berhutang maka aku harus bertakad mengembalikannya sesuai kesepakatan denga pemberi hutang agar aku menjadi orang yang dapat dipercaya. 

Semoga kejadian malam itu memberikan satu hikmah untuk ku yang berkaitan dengan pinjam meminjam. Entah itu meminjam uang, barang, bantuan tenaga, atau janji yang lain yang semuanya harus ditunaikan dan dilunasi. Semoga aku terhindar dari sifat buruk. Aamiin


#writober2023

#adarusa

#RBMJakarta

#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WFH Year #1

 UNEXPECTED EVENTS It's not about how long you dedicate yourself to show your best performance. It's all about how you put and treat...