MIMPI
Tetapi, hari ini aku terpekur dan ter puruk dengan bayangan mimpi terakhir yang aku alami. Mimpi itu datang dua hari yang lalu. Salah satu rekan kerja terbaikku hadir. Aku bertemu dengannya, miminta waktunya dan sekaligus berkonsultasi tetang jalan mana yang harus aku ambil. Aku beragi piluku sambil menangis, membuka rahasia hidupku yang mengalami kesulitan hingga kebimbanganku untuk nasib pekerjaanku di perusahaan tersebut. Dia adalah ibu Fera, yang memelukku, membiarkan aku mengurai semua rasa ku dan menyimak detil ceritaku. Beliau tidak menanggapi, tidak pula memotong bicaraku dan tidak pula mencelaku.
Potongan mimpi tersebut begitu nyata, hingga aku berpikir apakah mimpi itu adalah mimpi pamungkas sekaligus ujung dari do'a ku yang meminta Allah SWT menunjukkan jalan dan putusan terbaik untuk ku, untuk hidupku dan masa depan karirku. Aku berada diujung jalan dalam keadaan bingung. Pamit kah atau tetap bertahan dengan konsekuensi yang harus aku terima. Aku sadar ada banyak lulusan muda berprestasi dan memiliki kemampuan jauh lebih baik dibandingkan aku. Aku yakin mereka bisa bekerja jauh lebih produktif mengingat tenaga, pikiran serta ilmu yang mereka dapatkan masih hangat dan semangat untuk menjadi produktif jauh lebih tinggi. Bila dibandingkan dengan ku yang beberapa bulan lagi memasuki usia setengah abad dan kekuatan fisik mulai menurun serta ruang gerak mulai terbatas karena lebih memilih keluarga dibandingkan WFO. Sepertinya aku harus pasrah serta legowo dengan kondisiku saat ini, terlebih tunas tunas muda bermunculan tidak hanya sepulu bahkan ada seribu lulusan kependidikan yang siap menggantikan aku.
Seandainya aku punya lorong waktu dan bisa memperbaiki keadaan, mungkin hidupku tidak seberat ini. Semoga Allah memberi jalan kemudahan untuk ku, untuk keluarga ku dan untuk masa depan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar