MEMINJAM ATAU MINTA TOLONG?
https://www.suara.com/tekno/2020/08/26/123000/dapat-jawaban-ketus-saat-meminjam-uang-tingkah-warganet-ini-jadi-sorotan |
Bolehkah menolak menolong seseorang yang sedang butuh sesuatu dengan jaminan akan mengembalikannya segera dan meyakinkan dengan menyebut tanggal/minggu atau bulan secara pasti. Kita menyadari masa sekarang kita berada dalam masa sulit ekonomi, di mana PHK besar-besaran terjadi, pelamar kerja lebih banyak dibandingkan lapangan kerja yang tersedia, belm lagi gaya hidup yang menunjukkan simbol suksesnya seseorang sebuah keluarga. Tetapi rumput tetangga sepertinya lebih hijau dan terbayang bagaimana bisa menikmati kondisi yang sama agar memiliki nilai kebanggaan di mata publik.
Berdasarkan pengalamanku sebagai seorang istri, ibu, saudara, karyawan atau warga masyarakat sudah pernah mendapatkan pengalaman seputar meminjam uang. Kata kunci yang akan dibumbui agar keinginan segera terpenuhi dan si peminjam rela memberikan uangnya adalah dengan jaminan kata-kata, barang atau hal lain yang membuat permintaan tersebut segera terpenuhi. Aku pun pernah meminjam kepada saudara kandung, kantor, orang tua, bahkan koperasi di kelurahan. Pun, pernah membeli barang dengan cara mencicil dengan komitmen akan membayar angsuran tepat waktu sesuai waktu perjanjian. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar bisa terbayarkan karena tanggung jawab yang harus segera diselesaikan.
Lalu pengalamanku yang lain adalah memberi pinjaman uang kepada mereka yang membutuhkan karena alasan kedekatan hubungan seperti kepada saudara kandung, tetangga, rekan kerja, sesama orang tua murid atau kerabat jauh. Yang membuat hati ini ragu adalah ketika mereka gencar menghubungi via telepon, pesan singkat sampai datang ke rumah dengan tujuan yang sama yaitu butuh dana bantuan. Walaupun paham dengan kondisi mereka yang sedang membutuhkan, tetapi seringkali yang kita dapatkan adalah janji palsu dan mengulur waktu sampai bertahun-tahun atau bahkan dengan tenangnya mengatakan, "Tenang ada catatannya, pasti nanti dibayar".
Yang unik dari semua pengalaman ku adalah ada peminjam yang kalimatnya dibuat sehalus mungkin terkesan meminta tetapi dengan kalimat, "Mba/Ibu, punya rezekiseratus ribukah?", ini seperti meminta tetapi ketika dikonfirmasi, jawabannya "kalau ada uang segitu tolong ya pinjamkan dulu". Nah, permainan kata kata yang lain adalah, "Aada uang duapuluh ribu gak bu? Saya perlu untuk beli beras". Ungkapan inipun menjadi bias apakah yang bersangkitan meminjam atau meminta. Mungkin karena gengsi, dia memilih kata-kata lain yang maknanya meminjam. Aku pun biasanya akan terkesan "kejam" dan bertanya, "Kapan mau mengembalikannya? atau "Ini minta atau pinjam?". Aku berbuat seperti itu karena memang tidak mau bersusah payah menagih jika yang meminjam mengelak, bersembunyi atau tidak pernah muncul. yang ada malah, mereka berusaha mencara cara lain untuk menghindar dan akan datang kembali dengan kata kata yang mengiba atau menunjukkan sedang kesusahan wlaupun memang sebenarnya sedang kemalangan.
Kasus yang baru aku alami kemarin saja membuat aku geleng-geleng kepala karena yang meminjam adalah orang yang tidak dekat atu akrab dengan aku dan memilih mengirim pesan singkat dengan nada menarik simpati. Aku pun tidak mau mengulang sesuatu yang tidak menyenangkan dan bertanya kepada orang tua lain dan jawabannya mengagetkan karena aku diminta untuk tidak memberi dan jangan menjadi korban berikutnya. Lalu kubuktikan juga ketika di sekolah, beliau menghindar dan anaknya tidak ikut latihan ubtuk acara akhir tahun untuk kedua kalinya. Gelengan kepala sajalah yang aku bisa lakukan, fokus saja pada sesuatu yang bisa aku bantu, apapun nanti yang akan beliau katakan kepada orang lain ya terima saja.
Sejatinya siapa saja yang berada dalam keadaan sulit dan memang harus meminjam uang, maka seharusnya hutang tersebut dikembalikan. Dengan cara apapun agar kepercayaan orang lain akan terjaga ketika kita membutuhkan pertolongannya. Jangan sampai karena gaya hidup kita, atau karena ingin bersenang-senang jalan meminjam yang ditempuh. Jangan merasa kita yang terlihat baik, baik juga secara ekonomi. Bisa jadi kita pun mencoba menyembunyikan kesusahan kita dengan tetap menjaga hubiungan baik dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar