Senin, 21 Oktober 2024

Writober #4 Elegi

 MELANGKAH PERGI


Hope sees the invisible, feels the intangible, and achieves the impossible.

Helen Keller

"Mohon maaf pak, dengan berat hati dan bila diizinkan saya mengambil kerja secara daring saja", begitu pesan yang terkirim ke pimpinan Gea setelah dia menimbang-nimbang keputusannya untuk memilih keluarga dan anak anak yang masih duduk di bangku sekolah. 

Sudah setahun lebih enam bulan ini Gea menjadi Ibu Rumah tannga purna waktu yang juga sekaligus karyawan daring pada sebuah lembaga pendidikan. Itu juga yang membuatnya turun posisi atau bahasa kerennya jabatan manajer yang sudah lebih dari 10 tahun disandangnya. Kecewa dengan kondisi iini membuat Gea harus tegar dengan keputusan lainnya, seeperti turunnya penghasilan dan tunjangan dan tidak adanya uang transportasi dan uang makan. Walaupun berat, tapi akhirnya dia harus menerima keputusan pihak kantor dan menandatangani akta perjanjian baru. 

Seolah kekuatan memimpin pudar setelah namanya terhapus dari grup manajer, sakit rasanya menerima "perlakuan"  itu tapi Gea tetap harus mau menerima apa yang sudah menjadi takdirnya. Semua penghasilannya yang baru tidak mencukupi kebutuhan harian yang harus dia tutupi. Walau suami memberi nafkah belanja, tetapi Gea pun yang harus menutupi kekurangan selama 10 tahun pernikahannya. Dia yang tidak pernah memiliki tabungan karena pendapatannya selalu dia sisihkan untuk mengontrak rumah, memenuhi pangan dan kebutuhan sandang anak-anak, membeli obat, membayar pengasuh berbagi rezeki dan menutup dana tak terduga. Putar otak dan mencari peluang lain pun dia usahakan. Karena kemampuannya di bidang pengajaran bahasa asing maka dia bersyukur ada beberapa klien yang belajar via daring. 

Keinginan untuk merawat diri, paling tidak bisa memberi bedak atau liptint pun dari sebelum punya anak sampai punya tiga buntut tidak tercapai karena alokasi keuangan yang dia miliki harus direlakan untuk kebutuhan kebutuhan lain. Yang menyedihkan nya adalah pasangannya yang mengaggapnya boros dan berlebihan dalam menggunakan uang serta tidak bisa mengatur keuangan. Padahal dia sudah beeberapa kali mengatakan rugi bila harus membayar sewa kontrak bulanan dengan dalih dia harus menicil rumah yang dia beli via Bank.
Seperti pagi ini, Gea mendapati ceceran ihun goreng beserta plastiknya tyang terhambur di halaman depan. Gegas dia periksa mengapa da makanan "sisa di situ, sedetik kemudian hatinya linu karena dia hapal dengan plastik tempat bihun itu adalah bekal makan suaminya kemarin. "Apakah dia membuangnya karena bukan seleranya?" Kenapa gak bilang kalau gak suka?" Nyeri di hatinya membuat airmata nya lolos tanpa diberi komandu dan seketika itu pula dia teringat. "Kamu tuh boros, penghambur uang dan gak bisa diipercaya". Itulah rentetan kata kata menyakitkan yang terngiang di benak Gea ketika suasana hatinya kecewa ditambah hari ini adalah ahri kedua suaminya dimintai uang belanja tetapi dia menghindar dan pergi terburu buru ke kantor. 
"Alhamdulillah aku sudah menjalani lebih dari 10 tahun pernikahanku, hingga aku dapati ujian sekarang bertambah berat aplagi keadaan ekonomi yang semakin sulit". "Aku gak boleh lemah, walau aku gak bisa merawat diri dengan uang hasil kerjaku, paling tidak aku bisa memebantu memberi sedikit untuk orang tua dan memenuhi kebutuhan anak anak walaupun harus tambal sulam".

Indahnya bila sedari awal pasangan mau merelakan pendapatannya untuk menghidupi keluarga maka bahagianya akan terus bertambah, "Ah, cuma khayalan ternyata. Tugasku hanya mendo'akan semoga suamiku sehat, sukses dalam pekerjaannya, lancar memberi nafkah anak anaknya dan semoga anak anak terpenuhi kebutuhannya". Aamiin.

Biarlah cerita itu menjadi bagian kisah rapi yang tersembunyi di laci hati Gea. Tidak ada yang dia inginkan selain kesuksean suami dan anak anaknya kelak. Dia pun memantapkan dirinya untuk melangkah pergi ke tempat sujud dan melangitkan do'anya hanya kepada sang Maha Pengasih Allah SWT sebagai teman curhatnya dia beranggapan bila mengharap pada manusia biasanya akan terasa menyakitkan.

#writober2024
#Elegi
#RBMIPJakarta
#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar #7 Prihatin

 PRIHATIN