TUNTUTAN
https://www.dream.co.id/parenting/hukum-memberi-nafkah-untuk-anak-dari-uang-haram-karena-terpaksa-2306307.html |
"Ibu sudah lama datangnya?", Aina menjulurkan tangan kanannya untuk mencium tangan ibu mertuanya, sayangnya bu Lastri malah berkacak pinggang sambil memarahinya. "Kamu menantu macam apa? Mertua datang malah dicuekin". "Maaf bu, Aina dari dari rumah pemilik kontrakan dan menyetor uang sewa bulan ini. Ada apa ya bu? pagi pagi ibu datang ke rumah?" Silakan duduk bu." Aina memberi kursi yang berada di teras agar ibu mertuanya segera duduk. Aina hanya menarik nafas panjang dan mencoba menyiapkan telinga, hati dan fisiknya unruk menyimak apa yang akan beliau sampaikan.
"Duduk kamu, Aina. Ada yang akan ibu sampaikan.Ibu gak bisa lama karena aku alergi sama kamu." Jleb rasanya di sambut dengan pembukaan kalimat yang mengecewakan. Aina tetap berusaha tenang sambil mengambil kursi dan duduk di hadapan mertuanya walau hatinya mulai sedih. "Ibu mau evaluasi kamu sebagai menantu ibu." Aina masih diam dan berusaha tidak panik. "Kamu sudah menikahi anakku selama 9 tahun dan selama itu aku lihat Arman tidak bahagia", Aina melotot dan menyela, "Bagaimana maksudnya bu? Kenapa mas Arman tidak bahagia? Kami sudah punya sepasang anak dan hidup kami baik baik saja". Ibu Tina tersenyum smirk,"Menurutmu kan? tapi bagiku Arman tidak bahagia dan kamu tahu alasannya, Ibu tina menjeda, "Karena dia sudah sadar kalau kamu bukan istri produktif! kamu hanya menjadi istri yang membebani suami dengan pengeluaran setiap bulannya!" Aina terkejut, dia tidak terima dengan apa yang disampaikan mertuanya. "Aku gak paham maksud ibu itu apa tetapi menuruk Aina, Mas Arman memiliki kewajiban sebagai kepala keluarga yang harus memberi nafkah untuk istri dan anak anaknya, bu" Sanggahan Aina tidak ditanggapi oleh bu Tina. "Kamu yang yang telah menghabiskan uang anakku sampai sampai aku yang ibu dan adik kandungnya hanya diberi uang sedikit. Aina tidak terima dan dia merasa jengah. "Apanya yang sedikit, bu. Ibu dan Sera mendapat uang jauh lebih banyak dari aku. Silakan ibu bandingkan, mas Arman memberikan aku 1.5 juta untuk kami berempat dan 3 juta untuk ibu serta Sera". Jadi mana yang lebih sedit bu?". Aina yang emosi berbicara sambil terbata bata sedangkan mertuanya hanya diam. "Ya, itu deritamu. Aku gak peduli kamu susah yang pasti kamunya yang gak bisa ngatur uang. Terima saja!" Vonis ibu bagai hukuman berat bagi Aina. Dia berharap ibu mertuanya akan sadar dan memahami apa yang dia alami. Ibu Tina tidak peduli dengan wajah Aina yang sendu dia terus mengencarkan misinya."Kemudian, aku akan menjodohkan Arman denan seorang gadis yang pastinya jauh lebih berharga daripada kamu. Cukup kamu tahu ya, dia adalah putri teman lamaku, lulusan S1, wanita karir, cantik dan satu lagi dia berasal dari keluarga kaya". Bangganya ibu mertua memaparkan calon madu Aina. Di sisi lain, Aina tertampar dengan promosi mertuanya dan tidak terima dengan niat beliau, "Ibu aku bukan perempuan saliha yang ikhlas menerima suaminya meminang wanita lain untuk dijadikan istri. Aku juga gak mau dimadu, bu. Mohon pahami posisi Aina ini! tetes airmata dan jawaban telak yang terlontar dari mulut Aina tidak membuat mertuanya tersentuh. Dia malah semakin berani menyakiti hati Aina. "Kamu hanya punya 2 pilihan Aina. Mau menerima jadi kaka madu atau kamu pisah dari Arman. dan satu lagi, bakti Arma sebagai anak laki laki kepada ibu nya yang masih hidup hukumnya wajib jadi aku pastikan Arman akan mematuhi ibu kandungnya!" Pikirkan lagi Aina! Jangan coba-coba menggagalkan rencanaku!" Tatapan sinis ibu mertua membuat Aina hanya menutup matanya sambil terisak dan menatap kepergiannya tanpa kata pamit.
"Ya Robb, beginikah nasibku? Aku hanya memiliki mu. Beikanlah hamba petunjuk MU. Ayah, Ibu, Jika kalian masih hidup pasti Aina tidak akan seberat ini menanggung beban hidup menjadi istri mas Arman. Aina berharap suami Aina akan tetap menjadi suami yang bertanggung jawab dan tidak menerima keinginan ibunya" Aina mengusap wajahnya dan segera masuk ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaan rumah rutinnya sebelum anak sulung nya datang. Semoga Rafi belum bangun. "Aku harus segera masak untuk makan siang Aira dan Rafi", Aina masuk ke kamar dan melihat Rafi sedang bermain kereta api. "Assalamu'alaikum anak salihnya bunda. Kamu udah bangun dari tadikah?" Rafi hanya menganggukan kepalanya dan berjalan ke arah bundanya. "Mandi yuk, nak. setelah mandi sarapan trus bantu bunda membereskan rumah ya". "Ya bunda". Aina tersenyum, hatinya yang sedang tidak karuan pun merasa lebih baik setelat melihat Rafi tersenyum. "Nanti sore, aku mau ke bu RT mau menanyakan kursus gratis di kelurahan. Semoga ada jalan untuk menambah penghasilan. Aamiin." Aina berencana mulai mencari cara untuk menjadi produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar