Rabu, 09 April 2025

Cerita pendek #5 Sepele tetapi membekas

 SEPELE TETAPI MEMBEKAS

https://ligo.id/melipat-sarung/

Almarhum ayahku dahulu adalah orang tua yang tidak banyak bicara ketika mengajarkan pembiasaan di rumah. Beliau lebih suka memberi contoh tanpa meminta anaknya memperhatikan, apalagi sambil mengeluarkan banyak kata untuk memastikan anak anaknya mengerti maksud dari yang beliau lakukan. Salah satu kebiasaan baik yang membuatku melakukannya sampai sekarang adalah merapikan alat sholat setelah selesai melaksanakannya.

Setiap melaksanakan ibadah sholat, ayahku biasanya akan melaksanakannya di rumah. Walau seharusnya beliau berangkat ke Masjid dan mengerjakannya di sana tetapi beliau lebih banya sholat wajib di rumah berjamaah. Beliau yang akan mengimami kami. Hal yang seharusnya dicontoh adalah beliau mengajak anak laki lakinya berjamaah di masjid. Aku sendiri tidak tahu pasti mengapa beliau nyaman menghabiskan waktu ibadahnya di rumah, kecuali untuk sholat Jum'at. 

Kembali ke pembiasaan yang membuatku melakukannya tanpa perintah beliau adalah ketika selesai sholat. Beliau tidak langsung pergi dan meninggalkan alat sholatnya dalam keadaan tidak rapi. Beliau akan merapikan sarungnya terlebih dahulu dengan cara melipatnya menjadi dua bagian besar dan melipatnya kembali menjadi dua bagian kecil. Hal yang paliing kuingat ketika beliau melakukannya di depan kami adalah kibasan sarung untuk memastikan sarungnya sesuai dengan lipatan dan tentunya dalam kondisi rapi. setelah kibasan tersbut beliau akan melipatnya kembali dalam dua bagian kecil seperti membentuk persegi panjang dan meletakkannya bersama sajadah di tempat yang sudah tersedia.

Terlihat sepele tetapi karena aku sendiri melihatnya berulang kali, maka aku pun akan melakukan hal yang sama seperti beliau. Bedanya adalah aku merapikan mukena bagian atas terlibah dahulu baru kemudian bagiannya sarungnya. Yang aku lakukansama persis seperti yang beliau perlihatkan. Membagi dua bagian besar, kemudian membaginya kembali sampai bagian kecil. yang membuatku suka dari pekerjaan melipat alat sholat ini adalah mengibas bagian sarung seperti perlakuan ayahku ketikan merapikannya. 

Seperti ada rasa puas setelah berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut. Rasa senang bertambah karena aku bisa melihat tumpukan alat sholat yang rapi tersusun di tempatnya. Selain itu aku pun akan melakukan hal yang sama setelah selesai sholat. Pekerjaan ini membuatku tergerak dengan sendirinya tanpa harus diminta atau diperintah oleh ibuku. Beliau hanya akan mengecek apakah aku sudah beribadah atau belum.

Hal yang kupelajari dari ayahku yang secara tidak langsung menunjukkan cara merapikan alat sholat adalah tanggung jawab terhadap apa yang sudah kita kerjakan. Kita memulai sebuah kebaikan, amalan sholat dan mengakhirinya dengan menyimpan kembali alat sholat tersebut seperti sedia kala. Hal kedua yang aku dapatkan adalah, tidak semua pembiasaan baik harus diberikan dalam kalimat panjang dengan kata kata rumit dan mungkin membingungkan karena bisa jadi penyampaian yang diterima berbeda karena kosa kata yang diberikan pun berbeda. 

Apa yang ayahku tunjukkan adalah sebuah cara sederhana yang tidak perlu banyak kata, penjelasan apalagi perdebatan sampai menimbulkan perselisihan. Ayahku memang tidak memberikan banyak kalimat, cukup menunjukkan caranya saja dan kami melihatnya berulang kali. Hal tersebut terekam rapi dalam otak bawah sadar kami dan dengan sendirinya aku pun melakukan hal yang sama seperti yang dicontohkan. 

Tidak semua perbuatan baik harus disampaikan dalam panjangnya kalimat, terkadang menunjukkannya saja dan dilakukan berulang kali bisa menjadi sebuah pembiasan baik. Apalagi hal tersebut masuk ke dalam amalan baik yang tentunya akan dicatat oleh malaikat Atid dan hal baik ini berlanjut ke anak anakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writober 2025_Perempuan dan Pemimpin #Negeri

 PULANG KE TANAH LAHIR #writober2025 #tantanganwritober #menulisbarengIPJakarta #PerempuanDanPemimpin #IbuProfesionalJakarta #IbuProfesional