Rabu, 05 Oktober 2022

Writober #3 Cahaya

 PASTI KAMU BISA!


"Anak suluungku, bersedih lagi hari ini," begitu gumamku ketika aku melihatnya berjalan ke arahku sambil menutup mata and menangis. Ada apa lagi kali ini ya, apakah masih dengan soal yang sama? ditinggal teman teman dekatnya atau ada masalah lain yang membuat nya menangis?, hujan deras menambah sendu malam ini ketika dia mulai bercerita lara hatinya, "Mama, teman ku gak mau aku ajak belajar bareng!" Sambil mengusap airmatanya, dia berusaha untuk tenang. "Siapa yang begitu, teh?" "Sarah ma. Aku kan ngajakin dia belajar IPA sebelum PTS jam kedua, tapi dia diem aja, gak ngasih respon". Tampak raut wajahnya yang lusuh karena tertekan masalah yang sepertinya bertambah rumit. Aku mencoba menengahi dan mendudukan persoalan seadil mungkin. "Kamu, ngajaknya serius atau sambil bercanda?" kata ku sambil berkelakar. "Aku ngajakinnya baik-baik ma, dan aku kan ngajakin belajar, bukan main!" alasannya yang benar membuat aku berpikir, ada apa dengan temannya yang satu ini. Padahal anaknya ramah dan baik, tetapi mengapa menolak permintaan si teteh untuk belajar bareng. Aku, kemudian mencoba menenangkan, "Mungkin Sarah sibuk, teh. Dia gak mau diganggu, atau dia lagi konsen belajar sampai-sampai dia gak ngeh kalau kamu lagi ngajak ngomong". Sedetik kemudian dia merespon dengan suara tinggi, "Dia lagi santai mah gak pegang buku, pas aku panggil juga dia nengok, tapi pas akau ajakin belajar dia gak respon, terus dia pergi ke tempat Aurora". Aku pun bingung mau menanggapi bila kondisi nya seperti itu. Yang bisa kulakukan hanya membesarkan hatinya dan tetap memberinya semangat. "Tenang teteh, kamu kan gak sendiri di kelas, masih banyak teman teman teteh yang lain yang bisa diajak diskusi bareng bahas soal-soal". "Jangan karena nila setitik, rusak susu sebelanga, jangan karena satu atau tiga orang kamu jadi putus asa ya teh. Kamu masih punya teman-teman di Bimbel, di tempat les kimia, sahabat atau tanya ayah kalau bingung tentang IPA. Pasti ada jalan untuk sukses, dan kamu pasti bisa teteh."

Belakangan, aku lihat setiap dia curhat dan aku beri jalan tengah, dia akan merasa lebih baik. Tugas ku adalah bagaimana tetap membuatnya nyaman. Aku pun berharap, anak anak remaja seumurnya bisa melihat persoalan dari berbagai sisi atau paling tidak mencari tahu informasi sebenarnya agar tidak salah memutuskan. Setiap ada masalah, teteh biasa mengajak aku, mama nya,  mencurahkan persaaan nya untuk sekedar berbagi rasa atau beban pikirannya. Berapapun beban yang dia miliki, selalu saja ada cara yang coba kutawarkan agar dia tetap bisa berjalan dan tidak salah arah. Keinginannya yang kuat untuk mengejar cita-citanya senantiasa di "ganjal" dengan masalah-masalah seputar hubungan pertemanan, organisasi atau gap pemahaman dengan teman-teman sekolahnya. 

ketika waktu senggang dan aku bisa ngobrol bareng, biasanya yang kudukung adalah usaha kerasnya serta ketekunannya dalam belajar dan semangatnya meraih cita cita menjadi jalannya menemukan cahaya masa depan. Pesan yang senantiasa kusampaikan kepadanya, "Jangan sampai kerikil-kerikil tajam yang kamu injak membuat kamu sakit dan  menyerah. Cari jalan untuk sampai pada tujuan kamu, biarkan kerikil-kerikil itu jadi bagian proses penguatan mental kamu sebelum kamu terjun di masyarakat. Kejarlah cita citamu, teteh. Cita cita itu adalah cahaya yang akan kamu jemput dan untuk menggapainya, kamu akam  lalui lika-liku perjalanan yang berkelak-kelok. Tetap semnagt ya teh, Masa depan kamu menanti kamu di sana"

Al Furqon: 74

#writober2022
#cahaya
#RBMJakarta
#IbuProfesional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WFH Year #1

 UNEXPECTED EVENTS It's not about how long you dedicate yourself to show your best performance. It's all about how you put and treat...