Jumat, 07 Oktober 2022

Writober#4 Pisah

 

Semoga kita bersama kembali di sana

"Kamu cepat pulang ya, bapak udah diam aja!", begitu kabar yang terima ketika menganagkat telepon dari kakak iparku. "Ada apa wa?, aku merespon dalam kebingungan, spontan ku jawab, "Kita bawa ke Rumah Sakit aja ya, tolong siapkan kartu BPJS, KTP bapak dan Kartu Keluarga. Sebentar aku ijin ke atasan dahulu". Kututup telepon sambil mengucap salaam dan merasa bingung ada apa dengan bapakku, biasanya kalau pagi jam sarapan dan minum kopi, terus ada aja keseruan pagi antara mama dan bapak. Bapak maudnya dilayani dengan cepat, sedang mama, terkadang harus berbagi fokus dengan urusan dapur dan dagangan. Tetapi pagi ini lain, aku pun merasa ada yang janggal. Segera kubereskan persiapan rapat akademik pagi ini dengan direktur akademik, aku minta teman sejawat untuk mengambil alih host Zoom yang sedianya akan dilaksanakan pukul 10.00 WIB. Aku turun ke lantai 2 ke ruang London dan mendapati sang bos sedang mempersiapkan agenda rapat. Akupun menyampaikan izin dan berjanji segera kembali ke kantor bila kondisi bapak sudah bisa teratasi. Satu pertanyaan belia, "Bapak sedang sakit ya bu?", "Enggak pak, beliau hanya mengeluh nyeri di bagian dada dan minta diurut dibagian itu oleh kakak sulung saya, selebihnya, beliau masih ke kamar madi tengah malam dan menolak memakai popok sekali pakai dengan alasan tidak nyaman," "Tadi kakak ipar menelpon dan minta kami semua pulang karena beliau sudah diam saja". Mendengar penjelasannku yang serba terburu-buru dan tidak konsentarsi, beliau segera mengiyakan dan mendo'akan semoga bapak baik baik saja." 

Aku turun ke lantai 1 dan bingung mau naik apa ya yang cepat sampai rumah bapak. Akupun kemudian menelpon suami dan dia segera meluncur. Sambil menunggu aku tetap jalan dan menelpon ke rumah, dan mendapat kabar yang mengejutkan, "Bapak sudah meninggal, tadi jam 09.30 WIB". Cepat pulang ya" Tangisku pun pecah di jalan, dan membayangkan wajah bapak yang masih bugar lima hari yang lalu. Begitu cepat beliau pergi, dan sepertinya mudah menghembuskan nafasnya. Suami ku pun datang dan aku segera mengabarkannya, sepanjang jalan yang kuingat hanya tentang tadi malam kondisi bapak yang mengeluh sakit kemudian diurut dan pagi ini sudah pergi, Innalillahi, wainna ilaihi rojiuun

Bapak yang usianya tahun ini 83 tahun meninggalkan jejak dan pengalaman hidup yang berarti untuk aku, anak perempuannya. Satu hal yang menjadi ciri khas bapak. Beliau tidak pernah mengeluh dan selalu bersikap apa adanya dalam senang maupun susah. Beliaupun jarang marah. Aku hanya mengingat nya 3x beliau marah seumur hidup ku. Selebihnya beliau lebih banyak bersabar dan bekerja. Ketika sakitpun, beliau tidak pernah mengerang atau mengeluh karena nyeri atau sakit di bagian tubuhnya, lebih banyak diam.

Sekali waktu aku bertanya pada bapak, "Pak, kok bapak gak pernah minta bantuan ke sepupu-sepupu bapak? Bapak kan bantuin mereka sampai sukses! kalau bapak sedang butuh bantuan kan tinggal datang ke mereka.". Respon bapak di luar dugaanku, "Bapak, mah seneng lihat saudara maju, sukses, bahagia. Itu tandanya mereka tidak membebani kita lagi, mereka juga bisa bantu saudara yang lain". "Tidak usah iri dengan kesuksesan orang lain, apalagi sampai minta balasan". "Jaga tangan kita dari meminta-minta, kalau kita harus berjuang tiga kali lipat daripada orang lain, mungkin itu jalan hidup yang harus kita lalui".  Itulah prinsip bapak yang tidak pernah diucapkan, beliau menunjukkannya saja dengan sikap sikap yang membuat aku mampu mengambil kesimpulan sendiri, bila masih bisa berjuang sendiri, jangan biarkan kita mengemis bantuan kepada orang laian apalagi kepada mereka yang sudah pernah kita bantu".

Kepergian bapak yang cepat, tidak meyusahkan kami anak anaknya. Mulai proses memandikan, mengkafankan, menyolatkan di Aula Pesantern, mengantarnya ke kampung halamanya sampai pemakamannya tidak ada kendala. Semua berjalan lancar bahkan terhitung cepat. Sampai sampai para tetangga terheran-heran karena prosesnya tidak memakan waktu lama.

Perjalanan bapak yang panjang menemani kami ketujuh anak anaknya, semoga memberikan hikmah yang mendalam tentang hhidup dan pengalaman hidupnya yang dapat kami jadikan tauladan. Bapak yang sederhana, tidak pernah iri dengan kesuksesan orang lain, memiliki passion di bidang pemberdayaan ekonomi umat, dan juga tidak pernah sombong. Semoga aku bisa menjaga nama baik almarhum, memperpanjang tali silaturahiim dengan teman, sahabat dan kerabat beliau serta mampu mencontoh karakter dirinya. Semoga Allah yang Maha Kasih yang akan membalas semua kebaikan kebaikan selama hidupnya, diampuni segala dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya dan dimasukkan ke dalam JannahNya. Aamiin-Aamiin ya robbal 'alamiin.


#writober2022
#pisah
#RBMJakarta
#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WFH Year #1

 UNEXPECTED EVENTS It's not about how long you dedicate yourself to show your best performance. It's all about how you put and treat...