Kamis, 12 Oktober 2023

Writober #3 Takluk

 IKUTI SAJA NASEHAT IBU


"Pokoknya tahun ini kita pindah rumah". Begitulah instruksi Ardan, suami Tina, ketika mereka berdua membicarakan keuangan keluarga di ruang makan. "Aku sudah gak sanggup bayar kontrakan rumah, apalagi Bu Kinanti minta 35 juta untuk satu tahun ke depan", wajahnya yang penuh amarah membuat Tina kebingungan.


Tina beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar. Dia belum bisa merespon permintaan suaminya. Perjalanan hidup berumah tangga yang sudah berjalan lebih dari 18 tahun membuat Tina mengingat pertama kali mereka membeli rumah untuk ditempati permanen sepuluh tahun yang lalu. Ajakan suaminya untuk pindah rumah sebenarnya tidak masalah dengan Tina. Hanya saja dia berpikir kondisi rumah tangga mereka dulu sangat berbeda. Suaminya yang bekerja delapan minggu di lapangan dan 2 minggu di rumah menjadi pertimbangan Tina untuk memilih mengontrak rumah dekat rumah ibunya, agar mudah menitipkan anak anaknya selagi dia bekerja di ranah publik, juga pengasuh nya yang datang pagi dan pulang sore. Ada rasa nyaman di satu bagian, karena anak anak aman di rumah orang tuanya dan ada pengasuh yang merawat mereka. Di sisi lain, kantornya yang dekat dengan kediamannya menambah kenyamanan nya tinggal dan menyewa rumah dekat keluarganya.

Konflik demi konflik terjadi antara Tina dan suaminya dan yang menjadi pokok bahasan adalah pengeluaran belanja bulanan yang membengkak karena harus membayar cicilan rumah juga membayar sewa kontrakan bulanan. Belum lagi uang belanja dan kebutuhan rumah tangga lain juga untuk membayar pengasuh. Awalnya tina tidak keberatan membayar sewa rumah bulanan dan membayar pengasuh dari gajinya, bahkan untuk keperluammya sendiri, dia tidak pernah minta dari suaminya. Sayangnya, sang suami selalu menyinggung betapa ruginya dia bila harus membayar cicilan rumah yang tidak mereka tempati, belum lagi rumah akan rusak dan dia bolak balik memperbaiki dan yang bocor adalah uang yang seharusnya untuk ditabung dan menjadi simpanan masa depan. 

"Bagaimana dengan pekerjaanku? Jarak rumah dengan kantor kan jauh, apalagi kalau aku harus naik kendaraan umum, karena aku gak bisa mengendarai motor, belum lagi waktu yang harus dihabiskan sekitar dua jam untuk sampai kantor agar tidak terlambat." Semakin dipikirkan, semakin berat Tina memilih. Pilihan harus segera diambil oleh Tina, karena si sulung yang sudah diterima di Perguruan Tinggi luar negeri butuh biaya yang tidak sedikit untuk hidup dan belajar selama di negeri jiran. Pertimbangan lain yang harus ditelan bulat bulat adalah berhenti bekerja. Itu yang bisa Tina pikir, tapi konsekuensinya dia tidak memiliki pemasukan untuk menutupi biaya bulanan. Tina pun harus memahami permintaan Arda, suaminya. Semenjak Pandemi 2000, pekerjaan nya tidak menentu. Tabungan yang ada pun sedikit demi sedikit tergerus karena kebutuhan perut. 

Pagi itu Tina memutuskan berangkat ke rumah ibunya dan membicarakan masalahnya ini. Dia berharap sang ibu akan memberikan nasehat yang menjadi jalan tengah keluarganya. Dia juga akan berkonsultasi dengan pimpinannya di kantor agar mendapatkan solusi yang saling menguntungkan. Jujur, Tina belum bisa berhenti bekerja karena setengah dari gajinya untuk menutupi kebutuhan dapur, sedangkan setengah lainnya dia alokasikan untuk membayarkan asuransi kesehatan orang tuanya, keluarga kakaknya juga uang jajan ibu dan adiknya. "Semoga ibu punya jalan keluar untuk aku dan keluargaku", do'a nya yang kemudian dia aminkan.

Ibu yang sudah menyimak permaslahan Tina berusaha menempatkan posisi nya sebagai penengah. Ibu tidak memarahi suaminya karena beliau menyampaikan wajar jika suami ingin menempati rumah hasil jerih payahnya bekerja. Di sisi lain Tina pun menyodorkan fakta lapangan yang harus dia tutupi agar kebutuhan harian anak anak juga tidak terganggu. Ibu dengan bijak memberikan nasehatnya. "Tina, usia pernikahan kamu kan sudah lebih dari 18 tahun. Cobalah mengalah, ikuti kemauan suamimu. Bisa jadi pindah rumah itu adalah jalan lain Allah untuk keluargamu. Dengan hijrah mu ke tempat baru, insya Allah rezekimu sudah dijamin oleh Allah yang Maha Kaya. Jangan berprasangka buruk kepada Allah SWT. karena Dia pemilik rencana terbaik", Bijaknya ibu, sampai Tina pun tidak berani berkomentar. "Lalu, datanglah baik baik dan temui bos mu, sampaikan kondisimu, jangan ditutup-tutupi. Kamu bukan karyawan kemarin sore. Ibu yakin, pimpinan mu memiliki pertimbangan lain untuk karyawan senior seperti kamu." "Sudah baca Basmalah, dan yakinlah kepindahanmu beserta keluarga di tempat baru adalah yang solusi terbaik", Ucapan penutup ibu yang menyejukkan hati adalah kalimat pamungkasnya, "Kamu bisa buka usaha bimbel atau privat untuk warga sekitar, kalau itu sudah rezeki, dia gak akan lari kemana". 

Senyum ibu memberi Tina semangat dan energi untuk bangkit dan menerima nasehatnya. Ibu yang renta mampu menaklukkan hati Tina dan memberikan kekuatan dengan do'a-do'anya. Tina pulang dengan perasaan lega dan siap  menyongsong hari esok di tempat baru sebagai sebuah tantangan yang harus dia taklukan dan harus dibuktikan jika mereka bisa melampaui semua hambatan dan menikmati rumah  bersama.

Keesokan harinya, Tina sudah membulatkan tekad untuk menyampaikan permohonannya untuk mengambil kerja di rumah atau istilah kerennya Work From Home (WFH). Alhamdulillah, Pimpinan divisi  dapat memahami kondisinya dan benar kata ibu, perusahaan memberi pertimbangan baik untuk karyawan senior. Mereka akan memberi Tina kabar baik minggu depan. Semakin mantap Tina memilih pindah dan dia langsung sampaikan semua kepada Ardan, suaminya. Ardan memperlihatkan wajah cerah setelah menyimak penjelasan Tina dan mereka berdua sepakat untuk membuat rencana apa saja yang harus segera dilakukan untuk membereskan semuanya, termasuk mengurus kepindahan sekolah anak-anak, perbaikan rumah dan memilih tanggal untuk pindahan rumah. Tak terbayang berapa banyak baarang yang harus dikemas dan dipindah ke tempat baru. "Semoga Allah memberikan jalan kemudahan untuk ku dan keluarga ku", do'a Tina dipenghujung hari. 



#writober2023

#takluk

#RBMJakarta

#IbuProfesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WFH Year #1

 UNEXPECTED EVENTS It's not about how long you dedicate yourself to show your best performance. It's all about how you put and treat...