Minggu, 12 Januari 2025

Berbagi

"MARI BERBAGI"

“No one has ever become poor by giving.” — Anne Frank

"Kamu kerja, kamu dapat gaji bulanan, Wulan. kenapa kamu gak punya uang pas aku mau pinjam uang kamu? Kamu bohong ya?" Selidik Dikdik yang meimnjam uang kepadaku tapi kutolak dengan alasan aku gak punya uang seperti yang dia ajukan. Bukan bermaksud untuk menjadi orang kikir dan tidak peduli dengan kerabat, tetapi sebagian pendapatannya sudah dialokasikan 70% nya untuk shodaqoh. Yang terpikir Wulan untuk beberapa tahun terakhir ini adalah bagaimana dia menabung amalan baik untuk bekal akhiratnya. Walaupun terkadang dia harus membiasakan untuk konsisten karena kebutuhan hidup dia dan keluarganya terus meningkat, dia yakin jika niat dan motivasi memberinya adalah dilandasi pondasi amanah sehingga seberat apapun kondisi yang dia hadapi, dia akan tetap menyisihkannya.  "Insya Allah, bulan depan aku bisa pinjamkan uangku untuk membantumu, walau tidak banyak", begitu janji Wulan terucap didepan Dikdik. "Aku pegang janjimu, lan". Dikdik berlalu seraya menyeringi. "Seandainya dia tahu kemana saja uangku pergi..."

Hari berganti, seperti yang Wulan lalui setiap hari, bekerja di ranah publik, menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan dua anaknya juga masih berkutat mengasah ilmunya di level universitas. Kalau ditanya kemana saja uangya mengalir maka jawabannya adalah bisa dilihat dari pengualarannya yang dialokasikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dapur, anak sekolah, memberi sang ibu serta keluarga kakaknya. Terbayangkan bagaimana kerasnya dia harus berbagi pendapatannya yang sebesar Rp 2.700.000-. Dia harus benar benar disiplin dan konsisten untuk menjalankannya. Tidak ada anggaran untuk memenuhi kebutuhan pribadinya apalagi hanya sekedar membeli bedak tabur yang harganya tidak lebih dari Rp 25.000-. Apa yang diinginkannya hanya tertulis dalam catatan perencanaan anggaran setiap bulan. 

Dibalik beratnya hidup Wulan yang harus berinisiatip untuk membantu keuangan keluarga, dia juga harus menyisihkan uang untuk membayar uang kuliahnya di sebuah Universitas Terbuka. Wulan bertekad menyelesaikan belajarnya yang tinggal tiga semester  itu dengan belajar bersungguh sungguh dan mengambil pekerjaan sampingan seperti meronce yang hasilnya akan dia tabung. Tidak pernah terbesit dalam benak Wulan untuk meminta bantuan biaya kuliah pada suaminya karena sang suami sudah mengultimatum jika dia tidak akan membantunya dengan alasan tidak sanggup membayar iuran kuliahnya setiap bulan. 

Lelah, letih juga berat beban yang Wulan rasakan, dia tetap mensyukuri rezeki yang dia miliki. Allah maha baik, begitu pola pikirnya. Dia senantiasa merasa beruntung karena rezeki yang dia hasilkan dan dia bagikan mendapat imbalan lain yang tidak disangka-sangka dan di situlah dia merasa bila Tuhannya tidak tidur. "Apapun yang bisa kita bagikan sebagai sedekah, pasti akan kembali kepada kita", gumam Wulan setiap kali dia memulai pekerjaannya sebagai cleaning service dengan penuh semangat dan keyakinan untuk kebaikan dirinya serta keluarganya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Writober 2025_Perempuan dan Pemimpin #Negeri

 PULANG KE TANAH LAHIR #writober2025 #tantanganwritober #menulisbarengIPJakarta #PerempuanDanPemimpin #IbuProfesionalJakarta #IbuProfesional