Jumat, 31 Januari 2025

Profesi #2

 SEMUA TERGANTUNG NIAT


https://id.pinterest.com/pin/311733605472893660/

"Bang, mau bantu nenek gak jual lontong isi, tahu isi dan risol di sekolah kamu?" Nenek Abizar membuka pagi di ruang makan dengan pertanyaan yang tidak terpikir oleh Abizar. "Maksudnya aku bawa dagangan nenek ke sekolah, begitu nek?" Nenek mengangguk dan menjawab dengan kalimat yang dapat membuat cucunya tertarik. "Lumayan kan bang ada tambahan uang saku abang kalau abang bawa dagangan nenek". "Terus itung-itungannya gimana nek?" Abizar yang seketika menghentikan sarapannya mulai tertarik dengan tawaran nenek. Nenek tersenyum dan menjelaskan bagi hasil yang bisa ditabung Abizar. "Ya udah, nek. Mulai besok, aku bawa dagangannya ya, tapi aku kan jalan jam 5.15 pagi nek. Dagangannya udah siap jam segitu?" Sekali lagi Abizar mengkonfirmasi tawaran sang nenek. "Insya Allah, bisa bang. Nenek kan udah bangung dari jam 2.00 pagi. terus nenek udah mulai kukus lontong jam 2.30 barengan dengan goreng-goreng dagangan yang lain. jadi jam kamu mau berangkat, dagangannya tinggal kamu bawa". Iya nek. Abi berangkat dulu ya nek. Ojolnya udah datang. Pamit Abizar sambil mencium tangan nenk. "Iya hati-hati di jalan. Jangan lupa promosi ya nanti ke temen temen sama ke guru guru juga". Abi mengacungkan jempolnya sambil berlalu keluar rumah.

Abizar tiba di sekolah Menengah Atas pukul 5.55 pagi di mana kelasnya masih lengang dan hanya beberapa siswa siswi saja yang berdatanga. Abizar segera ke bangkunya dan meletakkan tas, kemudian seperti biasa dia membuka pesan kalimat berlogo hijau dan mencari group kelasnya. Dia mulai menulis beberapa kalimat dan terkirim. Sambil menunggu yang lain datan, dia pun keluar kelas dan mencari teman teman dari kelas lain untuk promosi. Ya, Abizar paling senang ngobrol, tentang apa saja dan dengan siapa saja. Anak yang ramah dan supel membuat banya penghuni sekolah nyaman untuk ikut curhat tentang masalah mereka. Terkadang karakternya yang ceriwis membuat suasanapun ramai. "Abi, elo mau dagang gorengan plus lontong?", Putra, teman Abizar pun langsung memberondongnya dengan pertanyaan. "Berapaan harganya Bi? "Jangan mahal ya, harus sesuai kantong anak sekolah". Abi mengagguk, "Dagangan nenek gue mah murah, meriah tapi enak. Besok lo beli ya put". "Ya, kalo gue gak sarapan di rumah ntar gue beli dagangan lo". Putra yang penbasaran kemudianb bertanya, "Elo gak malu Bi, bawa dagangan kaya gorengan gitu ke sekolah? Bisa-bisa turun ntar pamor lo bi!" Cibiran Putra tidak membuat Abizar ciut. "Ngapain gue malu, gue kan bawa barang halal, murah, enak, masih anget trus bantu orang sarapan atau jajan. Gue kan dapat bagi hasil, put. Mayan buat tambahan ongkos", Cengiran Abizar yang tampak santai dan tidak malu dengan apa yang akan dikerjakannya mulai besok. "Semua tergantung niat, put. Kalo lo mau coba hal baru jangan malu dimulai. yang penting apa yang gue kerjain gak ganggu orang atau membahayakan dan gue gak peduli kalo anak anak ngomong kalo gue dagang recehan, yang penting halal! OK? Abizar pun  pamitkembali ke kelas dan menyapa teman teman lainnya sambil berpromosi.

Ketika kembali ke kelas, dia pun diburu oleh teman-temannya dan menanyakan barang dagangannya. "Mana bi, gorengan dan lontong? Gue mau dong! ada tester gak" Banyu ketua kelasnya mulai ikutan cari gratisan. "Gak ada tester, nyu. Kalo mau besok lo coba beli aja 3 biji cuma 6 ribu doang, lu udah kenyang. Bonusnya ada kok.....cabe rawit!". semua tertawa dan kompak berseru, "Bisa ae, luuuuu".               
                                                                       

Kamis, 23 Januari 2025

Melangkah Maju #2

TUNTUTAN 

https://www.dream.co.id/parenting/hukum-memberi-nafkah-untuk-anak-dari-uang-haram-karena-terpaksa-2306307.html

"Ibu sudah lama datangnya?", Aina menjulurkan tangan kanannya untuk mencium tangan ibu mertuanya, sayangnya bu Lastri malah berkacak pinggang sambil memarahinya. "Kamu menantu macam apa? Mertua datang malah dicuekin". "Maaf bu, Aina dari dari rumah pemilik kontrakan dan menyetor uang sewa bulan ini. Ada apa ya bu? pagi pagi ibu datang ke rumah?" Silakan duduk bu." Aina memberi kursi yang berada di teras agar ibu mertuanya segera duduk. Aina hanya menarik nafas panjang dan mencoba menyiapkan telinga, hati dan fisiknya unruk menyimak apa yang akan beliau sampaikan.
"Duduk kamu, Aina. Ada yang akan ibu sampaikan.Ibu gak bisa lama karena aku alergi sama kamu." Jleb rasanya di sambut dengan pembukaan kalimat yang mengecewakan. Aina tetap berusaha tenang sambil mengambil kursi dan duduk di hadapan mertuanya walau hatinya mulai sedih. "Ibu mau evaluasi kamu sebagai menantu ibu." Aina masih diam dan berusaha tidak panik. "Kamu sudah menikahi anakku selama 9 tahun dan selama itu aku lihat Arman tidak bahagia", Aina melotot dan menyela, "Bagaimana maksudnya bu? Kenapa mas Arman tidak bahagia? Kami sudah punya sepasang anak dan hidup kami baik baik saja". Ibu Tina tersenyum smirk,"Menurutmu kan? tapi bagiku Arman tidak bahagia dan kamu tahu alasannya, Ibu tina menjeda, "Karena dia sudah sadar kalau kamu bukan istri produktif! kamu hanya menjadi istri yang membebani suami dengan pengeluaran setiap bulannya!" Aina terkejut, dia tidak terima dengan apa yang disampaikan mertuanya. "Aku gak paham maksud ibu itu apa tetapi menuruk Aina, Mas Arman memiliki kewajiban sebagai kepala keluarga yang harus memberi nafkah untuk istri dan anak anaknya, bu" Sanggahan Aina tidak ditanggapi oleh bu Tina. "Kamu yang yang telah menghabiskan uang anakku sampai sampai aku yang ibu dan adik kandungnya hanya diberi uang sedikit. Aina tidak terima dan dia merasa jengah. "Apanya yang sedikit, bu. Ibu dan Sera mendapat uang jauh lebih banyak dari aku. Silakan ibu bandingkan, mas Arman memberikan aku 1.5 juta untuk kami berempat dan 3 juta untuk ibu serta Sera". Jadi mana yang lebih sedit bu?". Aina yang emosi berbicara sambil terbata bata sedangkan mertuanya hanya diam. "Ya, itu deritamu. Aku gak peduli kamu susah yang pasti kamunya yang gak bisa ngatur uang. Terima saja!" Vonis ibu bagai hukuman berat bagi Aina. Dia berharap ibu mertuanya akan sadar dan memahami apa yang dia alami. Ibu Tina tidak peduli dengan wajah Aina yang sendu dia terus mengencarkan misinya."Kemudian,  aku akan menjodohkan Arman denan seorang gadis yang pastinya jauh lebih berharga daripada kamu. Cukup kamu tahu ya, dia adalah putri teman lamaku, lulusan S1, wanita karir, cantik dan satu lagi dia berasal dari keluarga kaya". Bangganya ibu mertua memaparkan calon madu Aina. Di sisi lain, Aina tertampar dengan promosi mertuanya dan tidak terima dengan niat beliau, "Ibu aku bukan perempuan saliha yang ikhlas menerima suaminya meminang wanita lain untuk dijadikan istri. Aku juga gak mau dimadu, bu. Mohon pahami posisi Aina ini! tetes airmata dan jawaban telak yang terlontar dari mulut Aina tidak membuat mertuanya tersentuh. Dia malah semakin berani menyakiti hati Aina. "Kamu hanya  punya 2 pilihan Aina. Mau menerima jadi kaka madu atau kamu pisah dari Arman. dan satu lagi, bakti Arma sebagai anak laki laki kepada ibu nya yang masih hidup hukumnya wajib jadi aku pastikan Arman akan mematuhi ibu kandungnya!" Pikirkan lagi Aina! Jangan coba-coba menggagalkan rencanaku!" Tatapan sinis ibu mertua membuat Aina hanya menutup matanya sambil terisak dan menatap kepergiannya tanpa kata pamit.       
                                                                 
"Ya Robb, beginikah nasibku? Aku hanya memiliki mu. Beikanlah hamba petunjuk MU. Ayah, Ibu, Jika kalian masih hidup pasti Aina tidak akan seberat ini menanggung beban hidup menjadi istri mas Arman. Aina berharap suami Aina akan tetap menjadi suami yang bertanggung jawab dan tidak menerima  keinginan ibunya" Aina mengusap wajahnya dan segera masuk ke rumah untuk menyelesaikan pekerjaan rumah rutinnya sebelum anak sulung nya datang. Semoga Rafi belum bangun. "Aku harus segera masak untuk makan siang Aira dan Rafi", Aina masuk ke kamar dan melihat Rafi sedang bermain kereta api. "Assalamu'alaikum anak salihnya bunda. Kamu udah bangun dari tadikah?" Rafi hanya menganggukan kepalanya dan berjalan ke arah bundanya. "Mandi yuk, nak. setelah mandi sarapan trus bantu bunda membereskan rumah ya". "Ya bunda". Aina tersenyum, hatinya yang sedang tidak karuan pun merasa lebih baik setelat melihat Rafi tersenyum. "Nanti sore, aku mau ke bu RT mau menanyakan kursus gratis di kelurahan. Semoga ada jalan untuk menambah penghasilan. Aamiin." Aina berencana mulai mencari cara untuk menjadi produktif.                                                                                   

Melangkah Maju #1

 TERPURUK

https://i.pinimg.com/736x/f7/0e/14/f70e14ec9c8f3d0683899ddc09c06601.jpg


"Mas, uang belanja yang kuterima kok hanya 1.5 juta?", Aina mempertanyakan uang belanja bulanan kepada suaminya, Arman untuk kali kedua. Bulan lalu Aina pun hanya mendapat sejumlah uang yang sama seperti bulan ini. Sayangnya, keluhan yang dilontarkan Aina pada suaminya hanya ditanggapi dengan respon,"Sudah terima saja uang itu. Harusnya kamu bersyukur karena aku masih memenuhi tanggung jawab ku sebagai kepala keluarga dan tidak usah kamu tanya lagi kenapa". Pertanyaan yang dilontarkan Aina pagi ini pun hanya ditanggapi dengan wajah Arman yang kusut dan dia berlalu keluar rumah untuk bekerja. 

Aina merasakan bebannya mulai bertambah berat, setelah uang bulanan untuk kebutuhan keluarga dipangkas Arman setengahnya dari yang dia terima sebelumnya. "Bagaimana bagi bagi uangnya? aku harus membayar hutang ke warung Mpok Leha dan juga harus membayar uang Penilaian Tengah Semester Aira". Kepalanya berdenyut dan gambaran persoalan yang akan muncul setelah minggu ini adalah sang ibu mertaua yang datang ke kontrakannya dan minta sembako untuk jatah bulanan beliau. "Ya Allah, aku harus bagaimana?", gumam Aina sambil mengingat kewajibannya pada si sulung yang sudah kelas 3 SD dan tunggakan uang SPP yang berjumlah 1 bulan hingga total yang harus dia bayar adalah 330 ribu rupiah. 

"Seandainya aku bisa mendapatkan uang tambahan,paling tidak uang makan dan uang jajan Aira dan Rafi bisa diberikan setiap hari." Aina bangkit dari lamunannya dan bersegera menyelesaikan pekerjaan ibu rumah tangga nya seperti mencuci baju, menjemur, membereskan rumah, menyapu, mengepel dan terakhir mencuci piring. Rutinitas ibu rumah tangga yang tidak pernah selesai episodenya ditambah dengan setrikaan baju yang senantiasa menumpuk dan harus dikerjakannya sendiri. "Bismillah, semoga hari ini ada kabar baik atau paling tidak ada info kerjaan di komplek perumahan elit di seberang sana." Aina menyelesaikan semua pekerjaannya dan berencana akan keluar rumah untuk membeli bahan sembako untuk 2 minggu kedepan.

Sesampainya di Warung Sembako milik Mpok Leha, Aina memesan beberapa bahan makanan dan juga membayar hutang. "Mpok, saya mau bayar hutang juga ya, jumlahnya 200 ribu. Berapa total belanjaan saya yang ini, mpok?" Dengan senyum manis dan suara ramah menjawab pertanyaan leha dengan lembut, "Senangnya Aina bayar hutang. Ini semua belanjaan kamu hari ini 155 ribu dan hutang bulan lalu 200 ribu jadi semuanya 355 ribu. Ada lagi yang mau kamu beli, aina"? Aina menangsurkan uang berwarna mereah sebanyak 4 lembar. "Enggak ada lagi mpok. ini juga udah cukup untuk 2 minggu." Mpok Leha dengan cekatan memberikan kembaliannnya, "ini uang kembaliannya, jangan lupa datang lagi ya ke warung Mpok Leha". Senyum merekah mpok Leha menyertai kepergian Aina. 

"Semoga cukup bahan-bahan makan ini untuk 2 minggu. Setelah belanja aku harus ke rumah ibu Lastri untuk bayar kontrakan". Aina pun melanjutkan perjalanannya pulang dan menyimpan belanjaannya sebelum bertandang ke rumah si empunya kontrakan. Tak berapa jauh jarak dari rumah kontrakan Aina menuju rumah bu Lastri. "Assalamu'alaikum bu Lastri." Bu Lastri mempersilakan Aina duduk di teras dan kedatangannya sudah pasti akan membayar uang sewa rumah. "Sini duduk Aina." Ya bu, terima kasih. Ini uang sewa kontrakan bulan ini ya bu, 850 ribu". Aina menghitung kembali uangnya di depan bu Lastri sebagai bentuk bukti jika uang yang diberikan sama sama dihitung. "Iya saya terima ya uangnya, ini kuitansinya. Terima kasih Aina. Oh ya jangan lupa uang sewanya akan saya naikkan 2 bulan lagi. Jadi kamu saya waktu berpikir apakah akan tetap lanjut atau mau pindah." Berapa banyak kenanikannya bu?" Aina yang terkejut merasa was was karena dia harus berpikir keras jika pengeluaran bulannya akan membengkak". "Gak banyak, cuma 150 ribu aja kok". "Jadi 1 juta ya bu mulai bulan Januari tahun depan?" Sesak rasanya dada Aina dan dia berusaha untuk tetap terlihat baik baik saja. "Baik bu, saya pamit dulu. Nanti saya diskusikan dengan suami. Permisi." 

Kepala aina mulai berdenyut kembali ketika masalah muncul satu persatu di benak nya. Bagaimana dia akan mensiasati uang 1.5 juta rupiah agar cukup untuk satu bulan. Sesampainya di rumah, tampaklah olehnya Ibu Tina, sang mertua yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya. "Hei, Aina! Kemana saja kamu? Aku sudah menunggu mu dari tadi?" Aina terpaku dan melangkai gontai ke arah rumahnya dimana suara teriakan ibu mertua memekakan telinganya. Ada apalagi dengan ibu mertuanya?

Selasa, 14 Januari 2025

Profesi

MENJADI GURU  

https://www.tanotofoundation.org/id/news/mempersiapkan-guru-berkualitas-di-indonesia/


"Bu, mau kemana? kok pakaiannya rapi begini?" Sapaan khas ibu Mirna ketika berpapasan dengan Rani yang bertujuan mengajar di sebuah sekolah dasar swasta. "Ehm, iya bu Mirna. Saya mau ke Sekolah Derma, ada jadwal mengajar ekstra kurikuler bahasa Inggris jam 1 siang". dengan senyum ramahnya Rani menjawab pertanyaan bu Mirna. "Kok pagi pagi udah jalan aja bu? Inikan baru jam 9 pagi. Kelasnya jam 1 siang. kelamaan nunggu itu bu di sekolah." Tanggapan bu Mirna hanya di jawab dengan senyuman dengan Rani. "Iya bu, karena jaraknya jauh dan saya menggunakan moda transportasi yang berbeda jadi perjalanannya bisa makan waktu 2.5 - 3 jam ibu". Ibu Mirna yang mendengar jawaban rani pun bingung dan sekaligus terkejut. "Kok bisa selama itu, kenapa tidak naik ojek online aja bu? biar cepet, ini malah jalan kaki. Apa ibu mau ke Komsen trus naik angkot dari sana?" Penasarannya bu Mirna membuat dirinya mengorek pertanyaan lebih banyak dan seolah menuntut jawaban yang memuaskan. "Betul bu kalau naik ojek online dan sambung Trans jakarta mungkin makan waktu lebih cepat." Jawaban Rani sepertinya tidak menghentikan bu Mirna untuk memberikannya penilaian. "Jangan-jangan kamu gak punya duit ya untuk naik  ojek online?" tatapannya yang menyelidik rani dari atas sampai bawah yang membuatnya tidak nyaman dan memilih mengakhiri obrolannya. "Maaf bu, itu angkot ibu no 44 sudah ada, silakan bu". Terpaksa ibu Mirna menaiki angkotnya setelah berpamitan dengan Rani.

"Ups...hampir saja ketahuan kalau aku gak cukup uang untuk naik angkot atau ojek online. Ayo Rani jangan bersedih atau patah semangat, lihat sisi baiknya, bersyukur kamu masih memiliki fisik yang sehat kaki-kaki yang kuat untuk sampai tujuan walau makan waktu yang lebih lama." begitu afirmasi otak Rani yang terus menyemangatinya untuk cepat berjalan dan melanjutkan perjalanannya menuju SD Derma. 

"Alhamdulillah, selesai juga kelasnya jam 3 sore. Sambil menunggu adzan Ashar, aku buat laporan pembelajaran hari ini". Semoga cuaca hari ini bersahabat dan belum hujan diperjalanan. kaki tetap kuatnya melangkah. Pulang nanti kita akan lakukan kegiatan yang sama seperti berangkat pagi tadi". "Bismillah, semoga Allah meridhoi". Gumaman Rani hanya terdengar dirinya saja karena dia malu jika ada yang mengetahui jika dia memilih jalur transportasi umum dan sisanya berjalan kaki sampai rumah. "Jangan sampai ada yang tahu jika yang kulakukan adalah bagian dari penghematan atau lebih tepatnya pengiritan karena memang pengeluaran untuk  angkutan dalam jaringan memang tidak ada." Do'a yang senantiasa Rani panjatkan serta lantunan istigfhar yang menemaninya dalam perjalanan pulang. Semangat Rani!

                                                                                    

Minggu, 12 Januari 2025

Perjalanan Hidup #Tegar

TEGAR



Perjalanan hidup tidak selamanya menyedihkan atau menyenangkan. Pasti ada saja penggodanya, pasti ada saja ujiannya. Yang tua atau yang ,mudapun pasti mengalami perjalanan hidup masing masing dengan versi yang berbeda beda. Ada yang diberi kenikmatan, kekayaan, kemapanan hidup ada pula yang diberikan kesulitan, kesusahan dalam menjalani hidup sehari hari. Perjuangan dalam menjalani hidup sebagai seorang manusia harusnya dapat dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh karena manusia adalah makhluk sosial yang pastinya akan saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada yang tidak mungkin, sepanjang Allah SWT sang pencipta yang akan terus membersamai manusia. Bila diuji kenikmatan maka baiknya terus bersyukur dan menjaga sikap agar tetap rendah hati di hadapan manusia lainnya, sebaliknya bila Allah SWT memberi cobaan kesulitan hidup seperti kemiskinan maka cara yang baik adalah menjalani kehidupan dan ibadahnya dengan kesabarannya.

"It's easy to talk than to do", betul itu, banyak yang mengatakan sungguh mudah berkata kata daripada mengalami hal yang tidak membuat nyaman dan berakhir keputusasaan dan melahirkan keinginan untuk mengakhiri dengan cara yang tidak pantas. Manusia makhluk Allah SWT terbaik seharusnya memiliki ketahanan hidup yang jauh lebih baik dibanding makhluk lainnya, tetapi yang terjadi malahan manusia menjadi mudah memilih jalan pintas yang tidak pantas dia lakukan mengingat posisinya sebagai makhluk tertinggi di dunia.

Aku adalah salah satu makhluk perasa yang selalu memikirkan sebuah masalah dengan perasaan. berkecil hati adalah salah satu sifat buruk ku yang akan timbul terhadap reaksi sebuah masalah yang muncul rasa 'insecure' mendominasi ketika aku harus turun dan mundur karena kondisi yang mengharuskanku untuk berada di posisi tersebut. Walaupun demikian, ilmu dan pengalaman kerja yang membuatku mencari jalan untuk menjadi dewasa dan melihat dari sudut pandang yang lain. Bisa jadi takdir sudah Allah SWT tetapkan, tetapi berjuang untuk mendapat yang lebih baik pun harus tercapai paling tidak untuk mengurangi rasa sakit hati atau merasa disisihkan. Kembali menjadi pribadi yang profesional karena aku yakin semua karya atau hasil kerja kita bisa kita ukur dengan tingkat keberhasilannya sesuai kadar kepentingannya. 

Begitupun dengan kerja dan pekerjaan yang saat ini aku lakoni. Walau satu persatu keinginan, target dan mimpiku diamputasi tetapi berusaha untuk tetap memberikan yang terbaik alias profesional kerja menjadi tujuan nomor satu dan bekerja spenuh hati adalah bagian dari tahapan kesuksesan tersebut. Mau tidak mau, tidak ada kata menyerah, tidak boleh ada kata mundur atau tidak bisa bekerja baik. Jalan mengasah menjadi lebih baik adalah cara tepat agar konsistensi terjaga dan hasil terbaiklah yang bisa dinikmati orang lain.




Berbagi

"MARI BERBAGI"

“No one has ever become poor by giving.” — Anne Frank

"Kamu kerja, kamu dapat gaji bulanan, Wulan. kenapa kamu gak punya uang pas aku mau pinjam uang kamu? Kamu bohong ya?" Selidik Dikdik yang meimnjam uang kepadaku tapi kutolak dengan alasan aku gak punya uang seperti yang dia ajukan. Bukan bermaksud untuk menjadi orang kikir dan tidak peduli dengan kerabat, tetapi sebagian pendapatannya sudah dialokasikan 70% nya untuk shodaqoh. Yang terpikir Wulan untuk beberapa tahun terakhir ini adalah bagaimana dia menabung amalan baik untuk bekal akhiratnya. Walaupun terkadang dia harus membiasakan untuk konsisten karena kebutuhan hidup dia dan keluarganya terus meningkat, dia yakin jika niat dan motivasi memberinya adalah dilandasi pondasi amanah sehingga seberat apapun kondisi yang dia hadapi, dia akan tetap menyisihkannya.  "Insya Allah, bulan depan aku bisa pinjamkan uangku untuk membantumu, walau tidak banyak", begitu janji Wulan terucap didepan Dikdik. "Aku pegang janjimu, lan". Dikdik berlalu seraya menyeringi. "Seandainya dia tahu kemana saja uangku pergi..."

Hari berganti, seperti yang Wulan lalui setiap hari, bekerja di ranah publik, menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan dua anaknya juga masih berkutat mengasah ilmunya di level universitas. Kalau ditanya kemana saja uangya mengalir maka jawabannya adalah bisa dilihat dari pengualarannya yang dialokasikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dapur, anak sekolah, memberi sang ibu serta keluarga kakaknya. Terbayangkan bagaimana kerasnya dia harus berbagi pendapatannya yang sebesar Rp 2.700.000-. Dia harus benar benar disiplin dan konsisten untuk menjalankannya. Tidak ada anggaran untuk memenuhi kebutuhan pribadinya apalagi hanya sekedar membeli bedak tabur yang harganya tidak lebih dari Rp 25.000-. Apa yang diinginkannya hanya tertulis dalam catatan perencanaan anggaran setiap bulan. 

Dibalik beratnya hidup Wulan yang harus berinisiatip untuk membantu keuangan keluarga, dia juga harus menyisihkan uang untuk membayar uang kuliahnya di sebuah Universitas Terbuka. Wulan bertekad menyelesaikan belajarnya yang tinggal tiga semester  itu dengan belajar bersungguh sungguh dan mengambil pekerjaan sampingan seperti meronce yang hasilnya akan dia tabung. Tidak pernah terbesit dalam benak Wulan untuk meminta bantuan biaya kuliah pada suaminya karena sang suami sudah mengultimatum jika dia tidak akan membantunya dengan alasan tidak sanggup membayar iuran kuliahnya setiap bulan. 

Lelah, letih juga berat beban yang Wulan rasakan, dia tetap mensyukuri rezeki yang dia miliki. Allah maha baik, begitu pola pikirnya. Dia senantiasa merasa beruntung karena rezeki yang dia hasilkan dan dia bagikan mendapat imbalan lain yang tidak disangka-sangka dan di situlah dia merasa bila Tuhannya tidak tidur. "Apapun yang bisa kita bagikan sebagai sedekah, pasti akan kembali kepada kita", gumam Wulan setiap kali dia memulai pekerjaannya sebagai cleaning service dengan penuh semangat dan keyakinan untuk kebaikan dirinya serta keluarganya.







Jumat, 10 Januari 2025

Start a new habit : Writing

 ALA BISA KARENA BIASA



Tidak ada kata terlambat untuk memulai apalagi kegiatan yang baik dan berdampak positif baik untuk pengembangan diri maupun peningkatan keterampilan diri. 

Akhirnya, setelah beberapa waktu hanya menjadi peminat karya karya KLIP, aku mendaftar juga pada tanggal 31 Desember 2024. Tepatnya satu hari sebelum pendaftaran ditutup. Tidak ada harapan muluk yang aku buat, tetapi realitis menapaki kegiatan yang baru aku tekuni semenjak ikut bergabung di RB Menulis IP Jakarta di tahun 2016. 

Iseng-iseng aku coba cek isi ceritaku yang bertema "Suryakanta". Maksud hatri hanya ingin memeriksa apakah ada masalah dengan ceritaku yang berjudul "Faktor U", di aplikasi Grammarly. Walau berbasis bahasa Inggris, semoga apa yang mesin itu cek benar adanya, yaitu tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan tata bahasa, ejaan, tanda baca, kemudahan dibaca, keringkasan cerita, pilihan kata, tambahan masalah penulisan ataupun plagiarisme. 

Belajar menulis fiksi sudah aku mulai ketika mengikuti grup di Rumah Belajar Menulis IP Jakarta, dengan tujuan untuk melatih menulis cerita yang membutuhkan imajinasi atau khayalan. Sebenarnya semua cerita yang sudah aku tuangkan diplatform blog ini berbasis cerita nyata tetapi aku gubah sedikit dengan memberi nama pelaku, tempat serta kejadian yang diatur berdasar imajinasi sederhanaku.

Satu bagian yang selalu membuat mataku mengerjap ketika tulisan yang sudah diterbitkan kubaca ulang. Ada yang bikin aku bertanya-tanya, kok bisa ya aku menulis cerita ku sendiri seperti ini. Pilihan kata yang aku tuangkan dan kubaca kembali membuat aku berpikir ulang dari mana kosakata kosakata itu aku dapatkan. Walaupun tidak kupungkiri salah satu hobi baruku mulai tahun 2022 yaitu membaca novel online gratis "FIZZO" yang banyak memberiku tambahan kata kata baru yang langsung aku terapkan di cerita ceritaku. 

Yang masih mengganjalku sampai hari ini adalah, keterbatasan aku mengembangkan cerita. Aku masih senantiasa terjebak di satu tempat saja, seperti "rat race" dan berakhir denga kata buntu. Ketika berimajinasi, seolah olah ceritaku mengalir teratur tanpa jeda tapi setelah dituangan dalam rangkaian kata, kalimat dan paragrap, lho kok malah berputar-putar tidak jelas dan isinya malah membosankan, alurnya berantakan dan tidak jelas mau diarahkan kemana. 

Ala bisa karena biasa mungkin pepatah yang bisa aku jadikan acuan untuk sedikit demi sedikit menulis di kisaran jumlah kata 400 sampai 700. Untuk menyusun alur yang lebih panjang mungkin harus banyak membaca buku cerita, novel atau referensi lain yang mendukung. Semoga tidak patah semangat, seperti pepatah alon-alon asal kelakon.

80 tahun merdeka #2

  MERDEKA UNJUK DIRI Lomba Tumpeng 14082025_MI Al Hikmah 80 tahun merdeka bukan angka sedikit untuk menunjukkan berapa lama kita bebas hidup...